Selamat Datang di Blog Saya... Membagi Ilmu, Membagi Pengalaman dan Menebar Dakwah

Selamat Datang di Blog Saya... Membagi Ilmu, Membagi Pengalaman dan Menebar Dakwah

Senin, 05 Maret 2012

Di Balik Hujan dan Kemarau

by:Visista Pratama Ashadi

Nyawa ini serasa di ujung pengharapan,entah siapa yang masih berlari menapaki jalan sepi , tak tahu apa ditelusuri hingga kelam tiada berujung.Bergolak tak terkendali mengoyak keheninganyang terasa panjang.

Menggetar penglihatan,mata ini bersama saudaraku tiada terpejam di balik lelah,seketika tetes demi tetes tangis sang langit itu turun meraung-raung mematikan rasa.Dunia seakan kiamat malam itu,panjatan tasbih tak berhenti berkecamuk dalam hati dan gemuruh langit pun terus berkejar-kejaran.

Denting waktu yang memanggil mengingatkanku pada sebuah kisah kecil saat aku masih duduk di Sekolah Dasar.Daerah tempat tinggal lama nan kumuh seringkali diguyur banjir,pemandangan ini tampak biasa-biasa saja.

Hiruk pikuk menciduk air,menguras lalu masuk lagi sang air bukanlah hal biasa lagi namun boleh dikatakan kebiasaan.Sampai terbesit dalam pikiran "bila aku jadi bupati nanti kan kubangun ranah kelahiranku ini hingga bebas banjir".


*****

Tiga bulan berlalu air yang kering membekas bak peta Indonesia di awal kemarau,sampai air yang berlimpah satu tahun pertama kemudian sulit untuk kami dapatkan.
Di dusun impian ini ,jernih sumur milik Cece yang sukar habis hingga jadi langganan seperti anteri bbm.

Fitness ahh,,,biasa.Menderek sepuluh ember air sama dengan mengangkat barbel seratus kali dengan kedua tanganku,belum lagi harus tertatih mengangkutnya hingga dapat kami gunakan esok pagi.Aku dan temanku hanyalah sekumpulan bocah riang si penanti sebuah harapan,kala hujan banjir kami mandi dengan riang walau terkadang petir menyambut kami bertebaran bagai semangka jatuh dari langit.Kemarau datang pun kami kotori baju ini dengan sekelumit permainan penghabis panasnya hari.

Namun ketahuilah aku hanyalah bisa bermimpi dan berdoa "jika aku menjadi" berulang seperti itu.Tanpa mengerti peran orang tuaku di balik hujan dan kemarau.

Hingga kini ku telah dewasa sampai pada kehidupan kami yang baru dan lebih baik.
Di sisi lain lebih menyeramkan dengan pesisir pantai,satu milyar ombak yang berlari juga menepi dengan semangatnya tertebus angin meliuk-liuk kan pohon,malam itu ayah tiada diantara kami bersama urusannya.Hingga ku terjaga sepanjang malam bahwa aku telah menemukan inspirasi ku untuk bercerita betapa seram malam itu,hingga kembali pada masa kecil yang tak peduli bahwa malam hujan atau kemarau disana ayah ibuku tiada terlelap dalam menjagaku juga adikku dari marabahaya.Aku menggantikan peran itu dan ternyata ketidakpedulianku dulu barulah tersadarkan hingga harus tertebus saatku berkeluarga nanti.Hal yang sangat menjadi perhatianku betapa ku harus banyak belajar tanpa musti ku bertanya atau pun mencari karena pelajaran alam datang sendiri namun jika itu pelajaran manusia datang dua pilihan antara benar atau kebohongan........